Gunakan dan manfaatkan segala yang ada semaksimal mungkin.
Itulah yang ada di pikiran saya ketika terpintas muncul ide untuk membuat
sebuah mini growing station untuk menumbuhkan benih. Pertama terpintas ide
tersebut, saya langsung cari tempat yang sekiranya justru benar – benar
tertutup. Tujuannya agar tidak ada gangguan seperti di senggol kucing saya,
atau tersenggol orang rumah yang siapa tau tidak sengaja menyenggolnya.
Oiya, sebelumnya, bagi yang belum tau apa itu growing
station, adalah sebuah tempat dimana kita bisa menumbuhkan benih, tanpa harus
menaburnya di pekarangan atau lahan asli. Tujuannya ya sebagai tempat
pembenihan doang. Kalau benih sudah tumbuh dan layak untuk dipinah ke lahan, ya
segera pindah ke lahan.
Hal paling wajib ada di growing station adalah Growing
Light, atau sering juga di sebut Grow Light. Untuk membahas tentang Grow Light,
saya sudah bahas di postingan sebelumnya mengenai Grow Light sebagai pengganti
sinar matahari untuk tumbuhan.
Sebenarnya growing station bisa saja digunakan tidak hanya
untuk pembibitan. Bahkan kalau komposisinya cocok, kita bisa menanam tumbuhan
misalkan cabai, dari biji hingga tumbuh lalu berbuah. Asalkan ya itu tadi,
komposisi grow light, media tanam, sirkulasi udara serta suhu nya cocok. Karena
di beberapa video yang saya lihat, ada beberapa orang yang mencoba menggunakan
growlight untuk menanam strawberry hingga berbunga, lalu ada juga yang menanam
kacang, dan masih banyak lagi percobaan yang sudah dicoba oleh teman – teman
kita, baik yang tinggal di iklim tropic, atau di iklim 4 musim. Jadi mereka
yang ingin menanam tanaman tropic tapi tinggal di iklim 4 musim, bisa aja
tumbuh, aslakan ya itu, komposisinya cocok. Jadi tanaman bisa hidup seperti di
tempat yang mereka inginkan.
Nah, untuk di kasus saya, saya akan membuat percobaan
membuat growing station sederhana, ukurannya kecil saja karena kebetulan ada
space bekas meja computer tua yang tidak digunakan, dan bisa jadi penopang
media tanam 2 rak, atas dan bawah. Disini saya akan coba kemampuan grow light
saja, saya belum membuat percobaan tentang suhu dan sirkulasi udara, jadi
intinya coba efek grow light saja.
Untuk refrensi, tempat yang saya gunakan berada di samping
kamar mandi, tapi masih di dalam rumah, kalau siang tidak kena sinar matahari,
dan kalau hujan tidak terkena air hujan. Jadi kalau di bilang tertutup iya, dan
juga lembab.
Ilustrasi growing station saya bisa dilihat pada gambar
dibawah ini:
Dari gambar diatas, ada LED yang saya buat canopy, ada juga
LED yang saya buat di tiang. Itu karena sebelumnya saya beli Grow Light LED
yang jenis SMD, tegangannya 12 Volt, dan saya coba beli 2 buah. Jadi ada 2
keping LED, bukan kombinasi warna jingga dan biru. Gambar LED nya seperti
dibawah ini.
Lalu saya rangkai bentuk tiang, tujuannya agar lebih
fleksibel, karena saya buat pakai pipa PVC untuk kabel yang sudah tidak
dipakai, jadi kalau pengen lebih tinggi tinggal disambung, kalau pengen pendek
ya tinggal di potong.
Pertama saya pakai growing light jenis SMD 1 mata per
keping, memang sudah bisa untuk germination atau perkecambahan, tapi selang
beberapa hari tanaman malah mati, jadi mungkin grow light SMD yang saya beli
itu Cuma bisa mentok di perkecambahan. Tidak bisa untuk pertumbuhan yang lebih
kompleks, mungkin modulnya kurang banyak juga, karena saya Cuma beli 2 modul.
Tetapi untuk pertumbuhan tanaman lamtoro, seperti petai cina namun ukurannya
lebih gede, suka untuk campuran botok juga. Disitu tanamannya masih bisa
menerima sinar dengan baik, ditandai dengan munculnya kuncup – kuncup daun baru
yang akhirnya jadi daun beneran yang bersemi.
Setelah itu, saya coba beli grow light yang langsung pakai
fitting lampu seperti lampu rumah pada umumnya. Gambarnya seperti yang bisa
dilihat dibawah ini:
Grow light ini dalam satu wadah sudah ada 200an LED kecil –
kecil, tertulis membutuhkan daya 24Watt tapi saya belum ukur aslinya. Dalam
modul ini sudah terdapat kombinasi LED jingga dan biru, yang katanya kan jingga
untuk pertumbuhan dan biru untuk perkembangan tanaman. Yasudah saya akan rencana
pasang di rak atas, saya kasih model kanopi supaya sinar yang lari keatas bisa
mantul ke bawah lagi, dengan harapan semakin banyak sinar yang masuk ke
tanaman.
Pertama saya coba untuk germinating bibit sukulen yang
ternyata palsu, wkwkwk. Bisa dibaca di postingan awas bibit palsu dari luar
negeri. Alhasil tumbuh juga sih, tapi tumbuhnya yang kalau disini tergolong
tanaman liar doang. Wkwk, tapi kan ambil sisi positifnya, tanamannya benar –
benar tumbuh.
Gelombang kedua, saya coba untuk menumbuhkan kenikir, memang
ada yang tumbuh dan ada yang tidak. Dan untuk kenikir, setelah berbulan – bulan
dia mentok di bibit ukuran 7 cm saja. Jadi mungkin maksimal Cuma bisa numbuh
segitu dan harus dipindah di ladang untuk bisa tumbuh lebih baik. Tapi kan saya
ngga punya ladang,, wkwkw.
Lalu saya juga coba untuk menumbuhkan kacang koro. Disini
dalam waktu 1 minggu aja kacangnya udah tumbuh dan waktu saya pindah ke media
yang terpisah, akarnya sudah besar – besar dan terlihat sangat sehat. Sekitar 1
bulan, sudah tumbuh lebih dari 30 cm. karena dia tanaman merambat. Dan di depan
rumah saya masih bisa dikasih 1 ember cat, yasudah saya bikin media tanam
disitu, saya kasih raffia, dan saya tanam tanaman kacang koro yang makin tinggi
itu, dan ketika saya nulis artikel ini, dia sekarang sudah tinggi sekitar
1.5meteran, padal didepan rumah saya terhalang tembok tinggi dan dia hanya
dapat sinar dari pantulan sinar matahari dari tembok tinggi itu.
Terakhir saya coba menumbuhkan Carolina reaper, atau salah
satu cabai terpedas didunia, memang tidak semua bibit tumbuh, entah karena
bibitnya mati atau ada juga yang bibitnya terlalu terkubur di media jadi malah
tidak tumbuh. Tapi ada satu yang tumbuh dan ketika artikel ini ditulis sudah
lumayan tumbuh dengan daun – daun baru yang mungil.
Saya juga beli pohon strawberry, karena yang kemarin mati
semua. Saya buat media yang lebih tinggi untuk bisa menampung tanah dan pupuk
kandang lebih banyak, sehingga harapannya strawberry tidak akan kekurangan
makanan dan bisa berbuah. Pertama saya pindah ke growing station, minggu –
minggu pertama seperti tidak bisa adaptasi dengan kondisi disitu, daun – daun
lama mengering, tapi setelah itu tumbuh lagi tunas – tunas baru, tapi tunasnya
kali ini terlihat kecil – kecil, dan sepertinya pohon strawberry ini terasa
masih kurang mendapat asupan sinar, jadi growing light nya tidak cocok, bisa
tumbuh sih, namun seperti tidak bisa berkembang secara maksimal.
Untuk pelengkap, saya sertakan video growing station saya,
siapa tau bisa jadi refrensi untuk kamu biar bisa bikin growing station yang
lebih baik dan lebih keren dari punya saya tentunya. Hihihi: