Mengingat masa lalu, sewaktu saya masih SD, dan pada saat itu saya sangat suka sama yang namanya laba - laba. Waktu itu saya jadi suka mengoleksi laba - laba dengan cara mencarinya di kebon yang banyak pepohonan, diambil menggunakan galah bambu dan laba - labanya ditangkap lalu dibawa pulang, sesampainya dirumah laba - laba itu saya lepas di pohon jambu depan rumah dengan harapan besok ia sudah membuat sarang di pohon jambu tersebut. Dan pada kala itu, ada banyak jenis laba - laba yang saya koleksi dan pelihara. Iya saya pelihara karena tiap hari, tiap pulang sekolah saya memberinya mereka makan satu ekor capung. Namun, khusus laba - laba yang sedang bertelur saya beri dua ekor capung. Mungkin saya akan post lagi yang khusus membahas tentang saya memelihara laba - laba karena sama gokilnya.
Sebenarnya kali ini saya akan membahas capung yang menjadi makanan laba - laba saya diwaktu itu. Kalau banyak orang yang hanya tau capung ya capung, namun tidak dengan saya. Sejak kecil ayah saya sudah memperkenalkan capung pada saya, dan jenisnya pun berbeda, sehingga ayah saya memberitau saya nama - nama capung berrdasarkan jenisnya. Namun capung nya hanya sebatas capung yang terdapat disekitar rumah saja, yaa walau begitu ini pantas untuk di ingat dan diajarkan pada generasi penerus bangsa terutama cah jowo yang ilang jowone. Nama capung yang dibicarakan ayah saya ini saya juga kurang tau asal muasalnya, namun kakek nenek orang jawa pasti tau deh nama - nama ini.
Tapi pertama kenalan dulu sama capung, Dari wikipedia capung tergolong ke dalam bangsa Odonata, adalah serangga yang bernafas menggunakan trakea, dan kalau yang tertera di wikipedia, capung biasa dengan capung jarum itu sub ordonya berbeda. Itu jelas mulai dilihat dari bentuk capungnya, juga jika capung capung ketika hinggap sayapnya mekar ke samping badannya, namun jika capung jarum ketika hinggap sayapnya akan tertutup lurus dan terlihat menyatu dengan badannya.
Makin penasaran apa nama capung yang sering ditemui disekitar rumah ala Ronan? nih mereka
1. Tokerok
Capung jenis ini memiliki habitat di rerumputan dan di tumbuhan atau semak yang tidak tinggi. Dia memang suka di daerah rendah seperti ini. Selain Tokerok, ada juga yang memiliki sifat serupa namanya Tokiyik. Bagaimana bentuknya?
2. Tokiyik
Tokiyik memiliki habitat yang sama dengan Tokerok, namun perbedaannya capung yang satu ini memiliki bentuk yang kecil, hanya seukuran jari kelingking bahkan bisa lebih kecil. Selama saya masih kecil dulu, saya pernah menemui Tokiyik ini ada yang berwarna hijau kekuningan, ada juga yang biru. Nah yang biru ini agak sulit ditangkap karena lebih gesit. Kok bisa gitu ya?
3. Capung Biasa (Kinjeng Biasa)
Yang satu ini memang saya tidak tau atau lupa nama sebutannya, jadi ya sebut saja capung biasa. Yang ini dia suka hinggap di ranting - ranting mati tepatnya di pucuk, bahkan karena dikala itu kalau pada mau menjereng pakaian, jerengannya terbuat dari tali tampar, nah tali tampar itu juga menjadi tempat hinggap bagi si capung ini kalau tidak ada jemuran di tampar itu.
Capung jenis ini juga memiliki beberapa jenis lagi dari warnanya, ada yang hijau kekuningan, dan ada yang berwarna biru. Sama seperti tokiyik namun ukurannya 2 kali lebih besar dan habitatnya berada di atas, bukan dibawah.
4. Capung Komunal
Capung ini jarang sekali saya temui hinggap di ranting seperti gambar diatas. Dulu saya sering menemui capung komunal itu mereka bergerombol terbang kesanaa kemari dalam satu tempat, jadi cuma muter - muter gitu, namun untuk menangkapnya juga susah, karena mereka terbangnya sering tinggi. Lalu jika tertangkap capung ini juga ganas, tenaga dia meronta bisa dibilang kuat, bahkan dulu saya juga berhasil digigit sama capung ini, hahaha
5. Capung Merah (Kinjeng Abang)
Bahkan dikala saya masih SD dulu dimana capung masih sangat banyak, populasi capung merah ini sangatlah sedikit, saya jarang sekali menangkap capung merah ini, karena selain jarang, kalau ada pun dia susah sekali untuk ditangkap. Yang saya inget dari capung ini adalah tingkat kewaspadaan dan kepekaan yang tinggi, baru mendekat pada jarak sekitar 2 meter jauhnya aja dia sudah kabur duluan. Kaburnya pun gesit banget sampai jaring saya berhasil dihindari dia.
6. Bandempo/Bodempo
Capung yang satu ini bisa dibilang rajanya capung. Karena Bodempo ini memiliki ukuran yang lebih besar dari jenis capung lainnya. Habitatnya sering ditemukan di pinggiran sungai, dia suka hinggap di ranting pinggir sungai, dan terlihat gagah dengan posisi hinggapnya.
Bahkan, ada jenis bodempo yang bisa nyasar masuk kerumah seperti ini juga lo, namun corak ditubuhnya berbeda.
SubOrdo Capung Jarum (Kinjeng Dom)
Sebenarnya di sub ordo ini juga memiliki banyak jenis, namun yang sering saya temui waktu itu adalah:
1. Kinjeng Dom Kali
Seperti namanya, capung kecil ini sering sekali ditemui di pinggiran sungai, dan habitatnya berada di pinggiran persis dari sungai hingga ke rerumputan atau semak pinggir pantai
Jenisnya pun beragam dan apalagi warnanya, mungkin di wilayah lain warnanya bisa berbeda ya?
2. Kinjeng Dom Biasa
Kalau yang biasa ini, mereka suka hinggap di tempat yag teduh, biasa hinggap di pucuk daun bambu yang belum mekar, atau juga di ranting - ranting bambu yang sudah mati.
Nah itulah kira - kira capung yang sering saya temui sewaktu masih kecil dulu, yang membuat saya sedih adalah karena capung sekarang ini diambang kepunahan. Yang perlu diketahui adalah capung menghabiskan 85% dari hidupnya dalam frase larva dan nimfa, ketika itu mereka hidup di air. Sehingga 85% hidup capung berada di air, capung hanya bertahan sekitar 4 bulan saja ketika sudah menjadi capung untuk meneruskan keturunannya. Kesimpulannya, mari kita jaga sungai kita supaya capung yang banyak jenisnya ini tetap ada hingga anak cucu kita besok.